Tuhan Jangan Ambil Kekasihku
Tuhan, jangan ambil kekasihku... |
Dua tahun sudah berlalu bersama kisah ini. Tuhan Jangan Ambil Kekasihku... mungkin kisah ini tidak berarti apa-apa bagi Anda para pembaca, namun begitu memilukan bagi yang mengalaminya. Terkadang mereka merasa Tuhan sangat tidak adil. Bahkan sampai marah pada Tuhan, dan bisa berpaling meninggalkan Tuhan karena orang yang dicintainya Pergi dan takkan kembali.
Iya, kisah lama!
Di suatu kota tempatku mengenyam pendidikan. Udaranya sangat dingin. Kota yang dikenal dengan keramah-tamahan. Kota yang di tumbuhi oleh beragam bunga. Disitulah aku melalui masa-masa indah bersama sahabat-sahabatku.
Aku memiliki beberapa sahabat baik. Kami sering menghabiskan waktu bersama.
"Lita, Arien" inilah sahabatku di antara banyak teman.
Kami hampir memiliki kesamaan karakter. Hal ini yang mungkin membuat kami merasa cocok, hingga persahabatan kami terjalin begitu indah, bagai sebuah keluarga. Lebih tepatnya saudara!
Di dalam selera, kami sama-sama menyukai makanan pedas, kami suka olah raga aerobik, kami suka mangkal di toko buku dan membaca buku-buku novel picisan berjam-jam tanpa merasa lelah...😊 Kami suka ke mall. Masa-masa itu memang sangat menyenangkan.
Satu hal yang bikin persahabatan kami makin kental, yaitu, bila memiliki pacar, iya pacar, kami selalu sharing. Memberi dan meminta saran.
Betapa indahnya persahabatan ini!
Singkat cerita;
Satu di antara teman kami berangkat melajutkan studi ke negeri paman sam. "Lita" Si cantik dan manja. Kami sangat sedih karena harus berpisah. Tapi, itulah hidup. Dimana ada pertemuan, disitu ada perpisahan. Suatu saat toh kita akan berpisah memilih jalan hidup masing-masing.
"Dukungan dan doa penuh selalu kami berikan padamu Lita!" "Semangat sahabat, sukses menanti! Kejarlah cita-citamu."
Memang terasa ada yang kurang, tak ada tawa cekikikan Lita, apa boleh buat, anggap saja Lita tetap ada.
Dan kami banyak mendengar ceritera-ceritera indah dan menyenangkan dari Lita selang beberapa waktu Lita di negeri paman sam itu.
Meskipun jauh, Lita tak pernah lupa berbagi ceritera tentang suasana negeri yang baru, tentang sahabat-sahabat baru, tentang aktivitas belajarnya yang padat, dan hem,.. pacar barunya... Indahnya berbagi ceritera!
Sekali waktu Lita menelpon kami; "hai,... kalian lagi ngapain? Lagi ngumpulkah?
Aku kangen,... aku mau video call nih" " teriaknya di telpon!!"
"Oky,... sekarang yah Lit," "balas Arien"
"Aku juga kangen... tempat tinggalmu pasti bagus ya Lit, tapi inget iya, kamu jangan males bersihin tempat tidurmu!! Kamu jangan telat bangun kalau kuliah pagi!
Kamu jangan lupa sahabat-sahabat lamamu di Indo, dan yang paling penting kamu jangan sampe lupa berdoa!" "Celoteh Arien lagi"
Hari berlalu, tahun berganti, Lita menikah dengan teman sekampusnya di negeri paman sam, dan menetap di sana.
Sementara Arien sedang dalam sebuah proses pengurusan untuk menikah. Mempersiapkan segala sesuatu.
Dan pagi ini aku di telpon Arien. "Temani aku nanti ya! Kita ke salon, kita ngecek baju pengantin, kita ngecek gedung tempat acara nikah, de el el,.........."
"Hmmmm,.... oky,..tapi aku atur waktu dulu yah rin... pasti aku bisa....
besok aku kabarin, see you on..."
Aku menyempatkan diri untuk mencatat poin-poin penting yang harus ku kerjakan bersama Arien esok hari setelah tugas wajibku selesai.
"Yes" Aku akan memenuhi janjiku pada Arien hari ini, semangaat!
Kuraih telpon genggamku di atas meja dan langsung menelpon Arien dengan penuh sukacita, tapi mengapa tak ada jawaban? Berkali-kali ku coba!.....
"Aku tak mau menyerah" baiklah kali ini aku menelpon ke telpon rumahmu,... tapi yang kudengar hanyalah nada sambung!
Kemana kamu sahabatku? Kemana orang-orang rumah sampai tak ada yang menjawab telepon? Biasanya ada ibu atau dek Lisa... kemana mereka?
Apakah aku harus datang ke rumahnya? Oky deh, kalau begitu aku segera ke sana.
Dan, oh,... mengapa ada bendera kuning di pintu masuk rumah sahabatku ini? Sementara rumahnya tertutup rapat!!
Pada siapa aku harus bertanya? Tuhan tolong kirimkan orang tuk aku bertanya memecahkan bingungku.
Sayup-sayup terdengar suara; "Dek, penghuni rumah ini sedang berada di rumah duka" "Aku, aku bagai di sambar petir!! Aku bagai orang yang baru sadar dari mimpi buruk!! Aku menutup mata dan menarik napas dalam-dalam, semoga tidak,... semoga tidak... semoga tidak..." "teriakku dalam hati."
"Ini alamatnya dek" "terimakasih pak, jawabku" dan segera berlari menuju rumah duka! Ayolah kamu harus sabar,... tenangkanlah dirimu, bisikku dalam hati.
Tak berapa lama kemudian aku tiba.
Tuhan, aku tak kuat melangkah,.. kakiku gemetar, jantungku berdetak keras!
Perlahan kulangkahkan kaki menuju ruang itu... dan, sekali lagi aku menutup mata, rasanya aku tak kuasa untuk melihat ke arah sana...Tuhan, kuatkan hatiku.
Aku harus menghitung, pada hitungan ke sepuluh barulah kubuka mata!!
"Ini caraku untuk memberi nafas agar aku bisa..." "pada hitungan ke sepuluh ku buka mata"
Ya Allahku, ternyata calon suami Arien yang terbujur kaku.
Di sampingnya duduk tertunduk sahabatku terkasih menangis,... meratap,.....
dan aku,.. aku datang memeluk sahabatku dan menangis... hanya itu yang bisa kulakukan saat itu!! Tak ada yang bisa ku ungkapkan!!
Demikianlah cerita singkat Tuhan Jangan Ambil Kekasihku.
Seperti biasa IkeCong akan menuliskan puisi Tuhan Jangan Ambil Kekasihku, puisi Pergi dan Takkan Kembali dan puisi Hanya Menangis. Sekali lagi, IkeCong berharap bahwa Anda dapat membaca setiap puisi dengan hati. Terimakasih.
Sungguh kau terlihat sangat rapuh... |
Aku hanya duduk
Menemaninya menangis tertunduk...
Berkali-kali ia berteriak,
Tuhan jangan ambil kekasihku...
Mungkin hanya ada
Kata-kata ini di benakmu...
Sahabat terbaikku...
Ingin rasanya hatiku membantu,
Meringankan kesedihan kalbumu...
Sahabat baikku...
Tapi...
Mungkin ini bukan waktu
yang tepat...
Engkau begitu terlarut
Dalam kehancuran penat...
Cobaan yang teramat berat...
Jiwamu remuk redam,
bagai di sayat-sayat...
Sungguh berat...
Kau seakan tak menerima...
Atau, belum mengerti mengapa
ini harus ada dan nyata!!
Hingga kata-kata itu terucap saja...
Tuhan Jangan ambil kekasihku...
Bangunlah sahabatku...
Berapa lama lagikah kau
Akan merundung duka di hati?
Mengurung luka perih di jiwa?
Membendung sembilu?
Dapatkah engkau menghapus duka
yang mengisi hari-hari...
Oh,... mengapa sungguh
engkau menjadi begini rapuh?
Sahabat baikku...
Ini pesanku;
Pakukan ini di hatimu...
Pakukan ini di jiwamu...
Ingatlah bahwa;
Engkau kehilangan bukan berarti
jiwamu hilang...
Engkau kehilangan bukan berarti
hidupmu pergi...
Engkau kehilangan bukan berarti
hari-harimu berakhir...
Engkau kehilangan bukan berati
segalanya telah hancur...
Maka...
Bangun...
Bangun...
Bangun dan raihlah
Impianmu lagi...
Hari esok masih ada!
Jakarta,
By IkeCong
Catatan
Memang perih, sungguh perih
saat kehilangan! Tapi tolong jangan
kau larut dan menyatu dengan duka
hingga kau tak dapat bangkit dan
raih hari-harimu lagi.
Jangan buat dirimu mati
bersama duka!
Kau boleh menangis sampai hatimu lega... |
Di rumah duka
Di hari itu dia telah tiada
Haru,
Pilu,
Yang tinggal terasa
Irama sedih meraja
Tangis kepedihan tiada henti
Di depan,
Di samping,
Di belakang,
Memenuhi seluruh rongga ruangan
Busana hitam pekat
Lambang duka cita amat
Siapa yang bisa gambarkan
Sebuah hati yang remuk reda
Siapa yang bisa menghentikan
Duka yang meradang
Siapa?
Siapa yang bisa?
Ya, hanya pemilik hatilah
Ia harus bisa menenangkan
hatinya
Ialah yang harus berbicara
pada hatinya
Begini
Kau boleh menangis
Menangislah terus
Hingga kau kuat!
Kau boleh menangis
Menangislah terus
Hingga kau mampu!
Dan, kau harus berhenti menangis
Sebelum jiwamu menjadi kering
Manakala fajar baru
Telah menyingsing di langit biru
Kau harus memulai laman baru
Di dalam hidupmu
dengan harapan baru
Jakarta,
By IkeCong
Catatan
Kau boleh menangis
Menangislah terus sampai
hatimu merasa kuat!
Dan ingat, bila fajar tiba
kau harus bangkit, dan hentikan
tangismu
HANYA MENANGIS
Hari ini aku datang
Tetapi hanya menemani duduk
dan menangis
Aku tak tahu harus bicara apa
Aku tak tahu Harus memulai
dari mana
Padahal,
Sudah sekian banyak
Kata-kata yang kususun rapih
dalam benak
Sungguh dukacita itu
t'lah membuatmu berubah
Apakah mungkin ini hanya
sementara saja?
Aku melihat dirimu t'lah kalah
Keceriaanmu yang dulu t'lah tertukar
Karena belahan jiwamu t'lah tiada
Semangatmu t'lah terganti
Karena separuh jiwamu t'lah pergi
Iya,
Tiap kali aku datang
Duduk dan menangis
Tapi
Aku kan terus datang dipagi
Dan datang lagi,
Sampai kau bicara
Suatu saat nanti
Kulihat rona kepedihan berubah
Kau lelak kan berbahagia
Ini harapku
Sahabat terkasih
Jakarta,
By IkeCong
Catatan
Dalam kesedihan dan kehancuran
yang teramat dalam, kita harus
berusaha memenangkan
ketidakberdayaan kita dengan
menerima kepergian seseorang,
dan berpasrah kepada yang Kuasa!
Post a Comment for "Tuhan Jangan Ambil Kekasihku"
No spam. No copas. Copas sama dengan 'MENCURI' . Thank you