Hanya Aku Dan Bulan

Hanya aku dan bulan. Tuhan, malam ini aku ingin sendiri menatap indahnya bulan ciptaanMu. Dia yang jauh di sana apakah masih mengingatku? Lihatlah banyak misteri yang tak bisa kamu ungkapkan tentang bayangan dalam bulan itu, tapi setidaknya kita pernah bersama duduk berkhayal di bawah cahaya bulan kalau bayangan itu adalah kamu dan aku sedang memadu kasih. Lucu memang, kita berdua seperti anak kecil yang selalu berandai-andai. Nanti kalau sudah besar, kita akan pergi ke bulan nikmati kehangatan. Itu dulu cuma khayalan semata.

Begitulah bila cinta sudah putus, ada saja yang dikenang. Apalgi saat melihat bulan penuh dan indah. Tapi itu sudah berlalu.
Hanya aku dan bulan
Ditengah hamparan bebukitan berselimutkan salju, aku rindu mendengar nyanyian hati  melihat dedaunan berdendang ditiup angin. Alunan musik jiwa samar-samar terdengar dari gesekkan ranting-ranting di malam berinai hujan. Hawa dingin mulai menusuk tulangku karena berjatuhan salju. Namun kunikmati semua itu dengan melupakan sejenak ambisi dunia yang carut marut, penuh dengan keangkuhan dan persaingan yang terkadang membuat jiwaku lelah. Sungguh aku benar-benar bosan! Kalau ada pilihan, aku akan memilih pilihan itu.

Aku Sengaja mengasingkan diriku di tempat dimana aku tidak melihat kebohongan, senyum dalam kepalsuan dan kebaikan dengan berbalut kemunafikan dunia durjana ini. Aku ingin bembersihkan sampah memoriku yang hampir penuh.

Aku lalu bergegas mengikuti langkah mencari jejak seperti sebuah kembaraan menuju mimpi, mimpi dimana aku berdiri seorang diri di atas jembatan mematung memalingkan wajahku dari bulan penuh itu, yang seolah-olah tertawa melihat kesendirianku berpayung bisu ditengah cericit burung yang mengumbar kemesraannya diatas dedahanan dibalik bukit itu. Membuatku agak iri. Tapi mungkin saja burung-burung itu merasa iba melihat aku berdiri seperti meratapi kesendirian,... lalu satu persatu burung itu datang menyapaku.

Tiba-tiba sesosok bayangan menghampiriku dan dengan secepat kilat melesat pergi. Aku berusaha membuka mata lebar-lebar tapi sia-sia, Tak lama kemudian aku merasa seperti melayang di awang-awang... Aku berusaha melepaskan diri meronta sekuat tenaga tapi sekujur tubuhku dibuat semakin lemah. Lalu ku kumpulkan kekuatanku yang terakhir dan berterik 'Tuhan tolong' selamatkan aku...
Aku terjatuh, malam sudah semakin larut namun aku masih berdiri di sini.

Entah mengapa malam ini bulan menyambutku dengan rinai dan awan kelabunya, gerimispun tak ingin berhenti. Mungkinkah aku terlihat seperti seorang pengembara yang sedang sembilu? Tolong temani aku berdiri melihat tarian awan, dan temaram bulan, meski akan tertutup kelam kabut.

Aku bagai seorang dewi yang berjalan tanpa pijakan. Malam ini malamku. Hanya ada aku dan bulan. Tuhan, izinkan aku ratapi sejuta rinduku disini yang telah lama tertinggal dan membasuh jiwaku dengan sejuknya malam. Merasakan damainya alam tanpa tangan-tangan jahlih yang ganjil itu!
Lalu aku sadar, sekujur tubuhku berkeringat dingin, nafasku tersengal-sengal. Deguban jantungpun tak beraturan...

Ya Allah, mungkinkah ini hanyalah igawanku? Pada saat mengalami kebosanan yang luarbiasa dalam rutinitas hidup, kita sering ingin keluar dan pergi meninggalkan segala kepenatan. Namun kenyataannya bahwa kita sering tidak bisa hanya sekedar untuk memberi sedikit saja ruang untuk hati dan jiwa kita yang sesak oleh berbagai persoalan hidup, tekanan dalam pekerjaan, dan membersihkan sampah dari memori kita. Sehingga banyak diantara kita kemudian mengalami stres, bahkan bisa sampai kepada depresi. Apalagi Anda yang memiliki tingkat tinggi aktivitas pekerjaan. Anda sangat perlu keluar sejenak dari kesibukan Anda untuk merelaksasi jiwa Anda.

Pergilah kesebuah tempat dimana Anda bisa menemukan ketenangan dan membuang sampah-sampah yang sudah berjibun dalam jiwa, pikiran, dan hati Anda yang dapat berpotensi menyebabkan stres.

Oke deh, seperti biasa IkeCong memberikan puisi untuk Anda. Puisi hanya aku dan bulan. Semoga Anda suka ya.

Hanya aku dan bulan

Malam ini entah mengapa
bulan berselimut rinai basa
gerimis hujan merenda bumi
Tempat kuberpijak tak bertepi
menebar dingin menusuk kalbu...

Aku berdiri bukan tersesat
Sengaja ingin menyimpan rapat
ratapi rindu dihati berjelaga
ingin menatap indahnya
romansa bulan bergelayut bintang
Tuhan, hatiku tergugu berkata
mengapa malam bintangpun tiada?
Malampun begitu sunyi...
Mungkinkah pergi bersembunyi?

Dimana musik reranting,
dan nyanyian hati dedaunan
yang sering menggaung
ditengah deriknya hujan?
Dibalik awan kelabu
ataukah dibalik bumi
ciptaan Engkau?
Sebab aku ingin mendengar
senandung cinta menggelegar
syair surga ciptaanMu.

Jakarta,
IkeCong

Catatan
Sendiri bukan berarti sendiri.
Tapi terkadang kita hanya butuh
sendiri.
IkeCong
IkeCong Ia adalah seorang yang biasa-biasa saja. Masih banyak belajar. Penikmat sastra. Senang menulis Berbagai hal yang bermanfaat.

Post a Comment for "Hanya Aku Dan Bulan"